Train – Don’t Tell Me (Part 16)

cryOh Tuhan, aku benci ketika aku mulai tersenyum tanpa ada alasan. Bahkan ipodku terlihat begitu menyenangkan, terlebih kameraku. Aku menemukan beberapa foto Evan yang sedang tertidur di dalamnya. Dasar paparazzi! Hina kau! Hahaha.

Aku menertawai diriku sendiri, aku tersenyum saat akan pergi mencari beritaku, aku tersenyum ketika melihat stasiun, aku tersenyum ketika tiket berada di genggamanku, aku tersenyum ketika kereta datang, aku tersenyum kepada semua narasumberku, tapi selalu aku tak berani menatap Evan. Oh God, tapi aku selalu merasa lega ketika tahu dia ada di dalam kereta.

Pagi itu benar-benar mengerikan, seperti biasanya aku menghindari Evan, sejak dia menggenggam tanganku. Sepertinya dia tahu aku menghindarinya, dan sedikit demi sedikit dia berjalan di dalam kereta dan berdiri di sampingku. Tentu saja aku berpura-pura tak tahu, dan memasang wajah tenang melihat jendela yang tak sedikitpun menampakkan keindahan. Aku tak sadar ketika aku harus melihat bayangan Evan pada kaca jendela, dia tersenyum seperti biasanya. Dan aku tersenyum membalasnya, lalu aku alihkan pandanganku jauh dari bayangannya.  Oh Tuhan, sungguh aku merasa sebagai seorang remaja yang begitu pemalu dan selalu ingin tersenyum malu lalu mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai atau tanah ketika tahu seorang yang “lebih.”

Aku masih Continue reading “Train – Don’t Tell Me (Part 16)”